Burung But but Jawa, Bukan Burung Kicau?! Kehidupan dan Ancaman bagi Mereka

Daftar Isi [ Open ]

Burung But but Jawa

burung but but jawa
burung but but jawa


Burung But but Jawa mungkin tidak setenar burung-burung eksotis lainnya, namun keunikan dan kerentanannya membuatnya layak mendapatkan perhatian khusus. Dengan ukuran sekitar 46 cm dan ekor hitam yang panjang, burung but but Jawa memiliki daya tarik tersendiri. Jika Anda pernah melihat burung bubut besar, Anda mungkin akan menyadari kemiripannya, meski dalam versi yang lebih kecil dan dengan warna bulu yang lebih suram, hampir menyerupai warna kotoran.


Nama ilmiah burung ini adalah Centropus nigrorufus, dan meskipun memiliki paruh yang kuat, postur tubuh yang besar, serta mata berwarna merah, burung ini sebenarnya bukanlah jenis burung pemangsa atau burung raptor. Sebaliknya, burung but but Jawa adalah pemakan serangga, yang menjadikan serangga seperti ulat bulu, capung, jangkrik, kumbang, dan kupu-kupu sebagai sumber makanannya.


Mengenal Lebih Dekat Burung But but Jawa

Bulu hitam melapisi tubuhnya, sementara sayapnya diberi sentuhan coklat kemerahan. Saat pagi hari, saat ia bertengger di batang pohon bambu, ia dengan anggun menjulurkan sayapnya yang lebar. Matanya yang merah tampak waspada, selalu memperhatikan sekelilingnya. Meski tampak pemalu, suara "hup" yang dihasilkannya memiliki nada rendah yang diulang dengan tempo yang semakin cepat. Ini berbeda dengan Bubut Besar yang memiliki suara lebih lambat dan berupa tiga bunyi "hup", terpecah menjadi tiga rangkaian "logokok, logogok, logokok".


Burung but but Jawa memiliki habitat yang spesifik. Anda dapat menemukannya di dataran rendah dengan vegetasi yang rapat, terutama di tepi hutan, semak tepi sungai, belukar sekunder, dan hutan mangrove. Pernahkah Anda tahu bahwa burung ini memiliki kecenderungan untuk hinggap di tanah atau di semak-semak kecil serta pepohonan?


Ancaman Terhadap Kelangsungan Hidup Burung But but Jawa

Kehidupan burung but but Jawa semakin terancam. Data dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa populasi burung ini diperkirakan hanya berkisar antara 250 hingga 10 ribu individu. Ancaman terhadap kelangsungan hidupnya sangat serius.


Salah satu ancaman utama adalah hilangnya habitat akibat perubahan penggunaan lahan. Lahan yang dulunya merupakan habitat alami burung ini kini beralih fungsi menjadi pemukiman, pabrik, dan tambak. Selain itu, polusi juga menjadi masalah serius, dengan tumpukan sampah yang semakin meracuni lingkungan.


Perburuan liar juga merupakan ancaman nyata, meskipun burung but but Jawa bukanlah target utama para pemburu. Burung ini kerap terperangkap dalam jaring yang digunakan untuk menangkap hewan lain. Kita perlu bertindak cepat untuk melindungi burung ini dari kepunahan.


Mengambil Langkah Menuju Perlindungan Burung But but Jawa

Penting bagi kita untuk mengambil langkah-langkah yang lebih serius dalam melindungi burung but but Jawa. Sebagai burung endemik Jawa, keberadaannya memiliki nilai penting dalam ekosistem. Perlindungan terhadap habitatnya, terutama di kawasan pesisir seperti hutan mangrove, harus menjadi prioritas.


Regulasi di tingkat lokal, seperti di desa-desa sekitar habitat burung ini, dapat membantu mengatur perlindungan. Edukasi kepada masyarakat mengenai peran penting burung ini dalam menjaga keseimbangan alam juga harus ditingkatkan.


Meskipun sulit untuk membedakan jenis kelamin burung ini tanpa pembanding, penting bagi kita untuk tetap memperhatikan dan melindungi mereka. Dengan jumlah populasi yang semakin menurun, setiap tindakan kecil yang kita ambil dapat berdampak besar dalam menjaga kelangsungan hidup burung but but Jawa, sebuah kekayaan alam yang tak ternilai.


Perkembangbiakan yang Rentan: Burung But but Jawa dan Ancaman Populasi

Perkembangbiakan burung but but Jawa menjadi bagian penting dalam upaya melestarikan spesies yang langka ini. Sarangnya biasanya ditempatkan sekitar 3-6 meter di atas permukaan air, terutama di hutan bakau, sungai, atau rawa. Meski ada perbedaan dalam data mengenai jumlah telur yang dihasilkan oleh betina burung but but Jawa.


Menurut penelitian oleh Bartels & Hellebrekers, betina burung but but Jawa hanya menghasilkan 1-3 telur dalam setiap periode peneluran. Namun, menurut Birdlife International, jumlah telur per clutch bisa mencapai 3-5 butir.


Jika kita mengikuti pandangan Bartels & Hellebrekers, maka fakta ini menjadi salah satu penyebab mengapa burung but but Jawa telah dimasukkan dalam daftar burung yang terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), dengan status Rentan (Vulnerable).


Kenyataannya, banyak burung endemik di Pulau Jawa yang menghadapi situasi yang sangat kritis. Pembangunan yang semakin pesat di Jawa telah mengakibatkan jutaan hektar hutan yang menjadi habitatnya hilang karena alih fungsi lahan dan kerusakan lingkungan yang belum teratasi.


Akibatnya, burung-burung endemik ini kehilangan sumber pakan alaminya dan banyak yang mati. Ketika laju pertumbuhan populasi burung but but Jawa sangat lambat dengan jumlah telur yang sedikit, seperti 1-3 butir menurut Bartels & Hellebrekers, populasi mereka di alam liar semakin terancam.


Perburuan Liar Burung But but Jawa

Masalah semakin pelik karena perburuan liar juga menyumbang pada penurunan populasi. Meskipun burung but but Jawa bukanlah target utama perburuan, minat akan minyak burung ini sebagai obat tradisional membawa dampak serius. Minyak ini diyakini memiliki khasiat penyembuhan patah tulang.


Namun, yang lebih menyedihkan, pembuatan minyak ini melibatkan pengambilan daun-daun herbal yang juga digunakan burung but but Jawa untuk membuat sarang. Dalam upaya mendapatkan minyak, para pelaku perburuan tidak hanya menangkap burungnya, tetapi juga merusak sarangnya.


Situasi yang kurang menguntungkan inilah yang mengakibatkan populasi burung but but Jawa semakin langka, terutama di hutan bakau dan vegetasi rawa di pesisir utara dan selatan Jawa.


Saat ini, mereka hanya bisa ditemukan dalam jumlah terbatas di beberapa lokasi seperti Ujung Kulon, Indramayu, Karawang, Segara Anakan (Cilacap), Muara Brantas, Lumajang, dan Semarang. Bahkan di Jakarta, keberadaan mereka semakin sulit ditemukan karena berkurangnya kawasan terbuka hijau.


Semua ini memperlihatkan urgensi dalam menjaga dan melindungi habitat asli mereka. Pengalihan fungsi lahan dan pembangunan yang tidak terkendali harus diatasi untuk menyelamatkan spesies langka ini.


Marilah kita semua menjadi bagian dari solusi dengan mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam dan perlunya tindakan nyata untuk melindungi burung-burung endemik yang semakin terancam di habitatnya.


Video Burung But but Jawa


Kesimpulan

Dalam rangka menjaga keberlanjutan ekosistem dan menghormati keragaman hayati, perlunya upaya serius untuk melindungi burung but but Jawa dan spesies lain yang terancam punah. Populasi burung but but Jawa semakin terancam oleh hilangnya habitat, perburuan liar, dan kerusakan lingkungan yang tak terkendali. Dalam upaya melindungi burung endemik yang unik ini, penting bagi kita untuk memahami ketergantungan mereka pada habitat alami dan memitigasi ancaman yang menghantui mereka. 


Dengan menghormati hak hidup setiap makhluk di bumi ini, kita dapat bersama-sama memastikan bahwa warisan alam yang berharga seperti burung but but Jawa dapat diteruskan kepada generasi mendatang. Tindakan kita hari ini akan membentuk masa depan keberagaman hayati yang lebih cerah dan lestari. 

Artikel - Burung but but jawa

LihatTutupKomentar